Seiring bertambahnya perusahaan yang mulai mengadopsi praktik DevOps, semakin banyak juga demand untuk pekerjaan DevOps Engineer. 

Jika kamu sedang belajar tentang DevOps atau ingin menjadi DevOps engineer, tentunya kamu harus mengetahui skill-skill yang dibutuhkan untuk menjadi DevOps engineer. 

Menurut statistik, skill bahasa pemrograman Python menjadi skill yang paling sering muncul di CV seorang DevOps engineer, diikuti dengan Docker, dan Java. 

Dalam artikel ini, kami akan membahas keahlian yang harus dimiliki seorang DevOps engineer. Kami juga akan menjabarkan lingkup tanggung jawab, prospek karir, serta gaji DevOps engineer. 

Apa Itu DevOps Engineer?

DevOps engineer adalah ahli TI yang menggabungkan pengetahuan mendalam baik tentang pengembangan software (development) dan operasi sistem (operations). Hal ini termasuk koding, pengelolaan infrastruktur, dan administrasi sistem. 

Seorang DevOps engineer bertanggung jawab membangun dan memelihara proses pengembangan aplikasi yang efisien. DevOps engineer memastikan sistem dan aplikasi dapat berjalan dengan stabil, aman, dan cepat di lingkungan produksi.

Peran DevOps Engineer muncul sebagai respons terhadap kebutuhan untuk memecahkan kesenjangan antara tim pengembang (developer) dan tim operasi (operations).

Secara umum, DevOps Engineer harus memiliki pemahaman kuat tentang siklus hidup pengembangan software, termasuk proses koding, pengujian, dan penerapan, serta kemampuan untuk mengelola infrastruktur IT dan mendukung operasi aplikasi secara keseluruhan.

Tugas DevOps Engineer

Peran seorang DevOps engineer akan berbeda-beda tergantung pada organisasi yang bersangkutan, tetapi umumnya melibatkan sejumlah tugas seperti mempersiapkan dan mengelola infrastruktur, administrasi sistem, keamanan, serta mengimplementasikan pendekatan DevOps dan praktik-praktik yang agile.

tugas devops engineer

Berikut cakupan tugas dan tanggung jawab seorang DevOps engineer:

  • Menerapkan otomatisasi untuk pengujian, penggabungan kode, dan penerapan aplikasi, memastikan proses pengembangan berjalan efisien dan konsisten.
  • Mengelola server fisik dan virtual, serta layanan cloud, untuk memastikan ketersediaan dan kinerja sistem, serta menangani skalabilitas.
  • Memantau aplikasi dan infrastruktur secara real-time, mengidentifikasi masalah, dan merespons gangguan dengan cepat untuk menjaga keandalan sistem.
  • Mengimplementasikan praktik-praktik keamanan terbaik, mengelola izin akses, dan mengidentifikasi serta mengatasi potensi kerentanannya dalam aplikasi dan data.
  • Mengelola repositori kode menggunakan sistem kontrol versi, serta mengintegrasikan kode dari berbagai pengembang untuk menghindari konflik dan memastikan keselarasan proyek.
  • Mendesain dan mengelola alur kerja CI/CD (Continuous Integration/Continuous Deployment) untuk memastikan pengembangan, pengujian, dan penerapan aplikasi berjalan otomatis dan efisien.
  • Mendokumentasikan konfigurasi, proses otomatisasi, dan praktik keamanan, serta berkolaborasi dengan tim pengembang, QA, dan operasi untuk memastikan pemahaman bersama dan keberhasilan proyek secara keseluruhan.

Skills yang Dibutuhkan DevOps Engineer

Seorang DevOps engineer harus menguasai berbagai keterampilan teknis dan non-teknis agar dapat berhasil dalam lingkungan pengembangan dan operasi yang kompleks. 

Berikut skills yang dibutuhkan jika kamu ingin menjadi DevOps engineer: 

1. Keahlian Bahasa Pemrograman dan Scripting

Salah satu skill yang paling penting dimiliki oleh DevOps engineer adalah kemahiran menggunakan bahasa pemrograman dan scripting. Beberapa bahasa pemrograman yang bisa kamu pertimbangkan diantaranya Python, Ruby, JavaScript, Java, PHP, dan Golang.

Pemahaman mendalam tentang bahasa pemrograman penting agar kamu bisa melakukan otomasi proses development dan deployment, melakukan debugging, mengintegrasikan perubahan kode, dan memahami apa yang dilakukan developer. 

Kamu wajib mahir dalam bahasa pemrograman yang digunakan nantinya, karena kesalahan kecil ketika koding bisa mengakibatkan masalah besar jika kamu tidak menguasai bahasa pemrograman dengan baik.

2. Pemahaman Version Control System

Version Control System adalah teknik yang memungkinkan tim software developer memiliki dan menggabungkan kode di satu repository terpusat, sehingga mudah untuk dilacak. Jika terjadi kesalahan, kita dapat membandingkan berbagai versi kode dan kembali ke versi sebelumnya sesuai keinginan.

Sistem ini membantu memastikan bahwa kode aplikasi disimpan secara aman, memungkinkan pengembang untuk menggabungkan dan memantau perubahan, serta menghemat waktu pengembangan software.

Salah satu contoh version control system yang populer adalah Git. Git adalah version control system open-source yang banyak digunakan oleh tim developer, memungkinkan mereka melacak semua perubahan kode, mencegah terjadinya kesalahan di masa depan, dan memfasilitasi kolaborasi antar developer. 

3. Pemahaman Sistem Operasi (OS)

Mengetahui dan menguasai sistem operasi seperti Linux sangat krusial dalam karier sebagai DevOps Engineer. Sebagian besar perusahaan menggunakan perangkat jaringan dan server yang berbasis Linux, sehingga pemahaman tentang Linux sangat dianjurkan. 

Meskipun tidak perlu menjadi pakar Linux, memahami konsep dasar sistem operasi seperti manajemen proses, manajemen I/O, thread dan konkurensi, serta manajemen memori sangat penting. Dengan pengetahuan ini, hasil kerjamu sebagai DevOps Engineer akan lebih baik dan efisien.

4. Pengetahuan Manajemen Konfigurasi Software

Manajemen konfigurasi memungkinkan pengembang untuk menetapkan dan mempertahankan konsistensi dalam persyaratan fungsional dan kinerja suatu aplikasi.

Seorang DevOps engineer juga diharapkan memiliki pengalaman dengan satu atau lebih alat manajemen konfigurasi seperti Chef, Puppet, atau Ansible. Banyak organisasi telah mengadopsi tools serupa untuk mengotomatisasi tugas administrasi sistem seperti mendeploy sistem baru atau menerapkan patch keamanan pada sistem yang sudah berjalan.

5. Pemahaman Mengenai Kontainerisasi dan Orkestrasi Kontainer

Kontainerisasi adalah proses virtualisasi sistem operasi (OS) yang memungkinkan berbagai kontainer yang menjalankan aplikasi berbeda untuk berbagi sistem operasi dan sumber daya sistem yang sama.

DevOps Engineer harus memahami kontainerisasi dan tools orkestrasi nya, seperti Docker dan Kubernetes, karena teknologi ini memfasilitasi pengelolaan aplikasi secara konsisten dan efisien di berbagai lingkungan. 

Dengan memahami kontainerisasi, DevOps Engineers dapat mengoptimalkan alokasi sumber daya, mengotomatiskan penyebaran aplikasi, dan meningkatkan skalabilitas, memungkinkan pengembangan dan operasi aplikasi yang lebih responsif dan adaptif terhadap perubahan lingkungan. 

Baca Juga:  Apa itu Kubernetes? Kenali Fitur, Keunggulan, dan Layanan Terkelolanya

6. Pemahaman CI/CD pipeline 

Continuous Integration dan Continuous Delivery/Deployment (CI/CD) CI/CD merupakan bagian integral dari alur perilisan perangkat lunak yang dikenal sebagai jalur pengiriman.

Continuous integration melibatkan penggabungan kode oleh developer ke dalam branch utama dari repositori pusat. Proses ini membantu mengurangi biaya, meningkatkan efisiensi, dan lain-lain. 

Sementara itu, continuous deployment adalah kelanjutan dari continuous integration yang mengotomatisasi deployment kode yang telah diverifikasi ke lingkungan produksi. Dengan bantuan continuous deployment, perilisan perangkat lunak menjadi lebih efisien dan lancar.

7. Memahami Sistem Arsitektur, Provisioning, dan Cloud Computing

Pengetahuan cloud computing berperan penting dalam operasi DevOps yang sukses. Dengan memungkinkan kerjasama yang efisien dan komunikasi tim dari berbagai lokasi di seluruh dunia, cloud computing menjadi fondasi dalam pengujian dan deployment kode. 

Seorang DevOps engineer perlu memiliki kemampuan merancang dan mengelola ekosistem komputer, baik di lingkungan lokal maupun di awan (cloud), serta memahami konsep Infrastructure as Code (IaC). Ini penting untuk memastikan infrastruktur sistem dapat dimodelkan dengan efisien, mendukung efisiensi operasional, dan integrasi yang mulus antara cloud computing dan praktik DevOps.

Baca Juga: Apa itu Cloud Computing? Pengertian, Jenis Layanan, dan 5 Kelebihan Menggunakannya

8. Pemahaman Keamanan Dasar

Seorang DevOps engineer harus memperhatikan aspek keamanan dari awal hingga akhir, mulai dari pengembangan, pengujian, hingga implementasi. 

Meskipun DevOps mempercepat pengembangan dan implementasi perangkat lunak, hal ini juga membawa berbagai kerentanan karena tim keamanan tidak dapat mengikuti siklus yang cepat. Di sinilah DevOps berperan penting dengan mengintegrasikan keamanan ke dalam siklus pengembangan perangkat lunak sejak awal. 

9. Skill Komunikasi dan Kolaborasi

Selain pemahaman teknis, seorang DevOps engineer yang sukses tentu mengasah soft skill-nya. Kolaborasi antartim adalah komponen utama strategi DevOps yang efektif, misalnya berkolaborasi dengan engineer QA untuk meningkatkan kecepatan, efisiensi, dan output metode pengujian. 

Skill komunikasi, oleh karena itu, menjadi penting untuk dimiliki DevOps Engineer, agar bisa menyampaikan feedback dengan efektif dan cepat ke developer dan anggota tim lainnya. 

Jenjang Karir DevOps Engineer

Meskipun masih tergolong baru di dunia industri, profesi DevOps engineer menawarkan berbagai kesempatan, terutama. Meskipun tanggung jawabnya cukup banyak, kamu tidak perlu jadi manajer untuk memulai karier sebagai DevOps Engineer. 

Salah satu jenjang karir yang bisa diikuti adalah memulai sebagai Junior DevOps Engineer, sebuah posisi awal yang kemudian dapat berkembang menjadi Senior DevOps Engineer. 

Selain itu, ada sejumlah peran dan tanggung jawab yang bisa kamu ambil dalam karier sebagai DevOps Engineer, seperti DevOps Architect, Automation Engineer, Software Tester, Security Engineer, Integration Specialist, dan Release Manager. 

Berbagai peluang pengembangan karier tersedia di dalam dunia DevOps, tergantung sesuai minat dan keahlian kamu sebagai individu.

Berapa Gaji DevOps Engineer?

Dilansir dari Glassdoor, estimasi gaji DevOps engineer di Jakarta untuk tahun 2023 yaitu Rp.10,742,230,- per bulan.Informasi statistik ini berasal dari lebih dari 5000 data yang dikirimkan secara anonim ke platform Glassdoor dengan posisi sebagai DevOps Engineer. 

gaji devops engineer

Gaji terendah dilaporkan sekitar Rp.5.000.000,- per bulan, sedangkan gaji tertinggi mencapai sekitar Rp.34.000.000,- per bulan. 

Tentunya, semakin banyak pengalaman kamu sebagai DevOps Engineer, akan semakin tinggi gaji yang akan kamu dapatkan. Seorang Senior DevOps Engineer diestimasikan bisa mendapatkan gaji Rp.54,000,000,- per bulan, dengan pendapatan rata-rata Rp24,000,000,– per bulannya. 

Menjadi seorang DevOps engineer membutuhkan pemahaman mendalam tentang pengembangan software, pengujian, CI/CD, infrastructure as Code, dan sistem operasi. Kemudian, penting juga untuk memahami cara menggunakan tools DevOps seperti Git, Jenkins, Docker, dan Kubernetes. Selain kemampuan teknis, kamu juga harus mengasah skill komunikasi dan kolaborasi. 

Kini, berbagai kursus online dan bootcamp DevOps tersedia untuk membantu kamu memiliki skill yang memadai. Dengan dedikasi dan pengetahuan yang tepat, siapa saja bisa memulai karier sebagai DevOps engineer, termasuk kamu!

About The Author

Write A Comment