Tidak ada yang bisa benar-benar menjamin keselamatan data saat ini, terlebih teknologi yang terus berkembang juga membuat risiko kehilangan data makin tinggi. Dalam hal ini, perusahaan atau instansi bisa sangat dirugikan jika bencana data terjadi.

Risiko kehilangan data bisa diminimalisirnya dengan melakukan perencanaan pemulihan data (disaster recovery plan) yang penting bagi perusahaan untuk menjaga kelangsungan operasi dan melindungi aset vital mereka.

Rencana pemulihan data ini memiliki dua metrik penting yang memegang kunci keberhasilan dalam menentukan seberapa efektif suatu perusahaan dapat memulihkan diri setelah terjadi gangguan. Keduanya adalah Recovery Time Objective (RTO) dan Recovery Point Objective (RPO) 

RTO dan RPO memiliki perbedaan yang signifikan dalam konsep dan implikasi praktisnya. Selanjutnya akan dibahas perbedaan mendasar antara RTO dan RPO, serta mengapa pemahaman yang tepat tentang keduanya penting untuk merancang rencana pemulihan bencana yang efektif dan responsif.

Baca Juga: Disaster Recovery Plan (DRP): Manfaatnya Bagi Setiap Organisasi + Tips Menyusun DRP

Pengertian RTO dan RPO

Sebagai dua hal yang saling berkesinambungan, kebanyakan orang salah mengira dengan menganggap RTO dan RPO adalah dua hal yang sama. Padahal keduanya berbeda sesuai dengan kebutuhan strategi pemulihan datanya. Berikut adalah penjelasan singkat mengenai perbedaan RTO dan RPO.

RTO dan RPO apa yang membedakannya?

Recovery Time Objective (RTO)

RTO merupakan parameter yang digunakan dalam disaster recovery plan yang menentukan waktu maksimum yang diperbolehkan untuk memulihkan operasional menjadi kembali normal setelah terjadinya gangguan atau kejadian bencana.

Secara singkat, maksud dari ditetapkannya RTO adalah untuk mengetahui seberapa cepat data bisa kembali normal setelah terjadinya bencana. RTO merupakan komponen penting strategi pemulihan data yang bisa membantu menetapkan target waktu yang realistis untuk memulihkan layanan penting dan mengurangi dampak yang bisa terjadi.

RTO dapat dianalogikan dengan pertanyaan, “Berapa lama data dapat bertahan tanpa layanan sebelum bisnis terpengaruh secara signifikan?” Misalnya, jika RTO adalah 4 jam, itu berarti sistem atau layanan harus dipulihkan dan kembali beroperasi normal dalam waktu maksimal 4 jam setelah terjadi gangguan.

Recovery Point Objective (RPO)

RPO adalah titik waktu yang kamu tetapkan sebagai bagian dari perencanaan pemulihan data jika terjadi insiden pada data. Dengan kata lain, RPO merupakan ambang batas berapa banyak data yang bisa hilang sejak pencadangan yang terakhir dilakukan.

Dengan kata lain, RPO dapat membatasi seberapa jauh sistem bisa kembali dan menentukan seberapa sering suatu sistem dicadangkan. Dengan RPO, misalnya kita mengalami kehilangan data, kita dapat mengira-ngira seberapa jauh kita bisa kembali untuk mendapatkan data tersebut kembali?

Misalnya, kamu menentukan RPO dengan durasi tiga jam. Lalu insiden keamanan data terjadi dua jam setelah pencadangan terakhir, maka sistem kamu akan kembali ke waktu pencadangan terakhir yang diambil sebelum dua jam tersebut.

Namun bagaimana jika RPO kamu berdurasi delapan jam, dan bencana terjadi tujuh jam setelah pencadangan terakhir? Dalam hal ini, kamu akan kehilangan data dari tujuh jam tersebut.

Kesimpulannya adalah memiliki RPO yang kuat sangat penting untuk memastikan data dapat dipulihkan kembali dari bencana dengan kehilangan data seminimal mungkin.

Baca Juga: https://dcloud.co.id/blog/apa-itu-rpo.html 

Dampak Kerugian Bisnis Tanpa RTO dan RPO

Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, meskipun keduanya bagian dari disaster recovery plan, RTO dan RPO mengukur hal yang berbeda dan memiliki peran yang unik dalam perencanaan pemulihan insiden data ini.

Intinya perbedaan di antara keduanya adalah RPO berfokus pada seberapa sering data disinkronkan atau dicadangkan untuk meminimalkan kehilangan data, sementara RTO berfokus pada seberapa cepat sistem atau layanan harus dipulihkan untuk meminimalisir dampak terhadap bisnis.

Kerugian pada bisnis yang paling utama dirasakan adalah kerugian finansial dan terhambatnya operasional. Tidak hanya mengacu pada permintaan tebusan dari peretas untuk mengembalikan data, arsip data yang hilang lebih banyak juga merugikan seluruh aspek perusahaan.

Berikut adalah beberapa kerugian bisnis lainnya yang bisa membuat terganggunya atau bahkan terhentinya operasional perusahaan.

  • Kehilangan data penting: Jika tidak ada RPO yang ditetapkan, bisnis berisiko kehilangan data penting seperti data pelanggan, transaksi keuangan, atau dokumen operasional yang tidak dapat dipulihkan.
  • Downtime yang tidak terduga: Downtime yang berkepanjangan dapat mengganggu operasi bisnis, mengurangi produktivitas, dan mengakibatkan kehilangan pendapatan.
  • Menurunnya kepercayaan pelanggan:Kehilangan kepercayaan pelanggan dapat terjadi karena downtime dan hilangnya data. Pelanggan mungkin kecewa dengan kinerja perusahaan dan beralih ke pesaing yang lebih aman dan andal.
  • Hancurnya reputasi bisnis: Hilangnya data atau terjadinya gangguan data berulang dapat merusak reputasi bisnis. Reputasi yang hancur sulit untuk diperbaiki dan dapat mengakibatkan kerugian finansial jangka panjang karena penurunan loyalitas pelanggan.
  • Ketidakpatuhan regulasi: Banyak industri memiliki regulasi ketat terkait keamanan dan privasi data. Tanpa RPO dan RTO yang ditetapkan, bisnis bisa saja melanggar persyaratan peraturan ini dan berisiko dikenai sanksi hukum atau kehilangan lisensi operasi.
  • Kerugian finansial: Hilangnya data, downtime, dan menurunnya kepercayaan pelanggan dapat mengakibatkan kerugian finansial yang signifikan bagi bisnis. Biaya yang terkait dengan pemulihan data, reputasi yang rusak, dan kehilangan pelanggan dapat membebani bisnis secara finansial.

Mengetahui hal di atas, kamu pasti sudah bisa menyimpulkan seberapa pentingnya menggunakan RTO dan RPO. Keduanya sama-sama penting dalam memastikan keberlangsungan bisnis dan perlindungan data dalam menghadapi gangguan atau bencana.

Dengan memahami perbedaan antara keduanya, perusahaan dapat mengembangkan strategi pemulihan yang lebih holistik dan efektif.

Baca Juga: Ketahui Apa Itu RPO dan Pentingnya dalam Disaster Recovery?

Faktor yang Mempengaruhi RTO dan RPO

Terdapat beberapa faktor yang dapat memengaruhi dan menentukan ditetapkannya Recovery Point Objective (RPO) dan Recovery Time Objective (RTO) sebagai bagian disaster recovery plan. Berikut adalah beberapa faktor utama yang dapat mempengaruhi RPO dan RTO:

  • Frekuensi pencadangan (backup frequency): Interval waktu di antara pencadangan data mempengaruhi RPO. Semakin sering data dicadangkan, semakin rendah RPO-nya karena akan ada lebih sedikit data yang hilang dalam kasus bencana.
  • Waktu pemulihan (recovery time): Waktu yang dibutuhkan untuk memulihkan sistem atau layanan setelah terjadi gangguan mempengaruhi RTO. Faktor-faktor seperti kompleksitas infrastruktur IT, ukuran data, dan tingkat kerusakan atau gangguan akan memengaruhi RTO.
  • Metode backup: Metode pencadangan yang digunakan, seperti pencadangan berkala (periodik) atau pencadangan berkelanjutan (continuous backup), memengaruhi RPO. Pencadangan berkelanjutan memiliki RPO yang lebih rendah karena memungkinkan pemulihan data hingga titik waktu yang lebih dekat.
  • Strategi pemulihan: Tingkat kecanggihan dan efektivitas strategi pemulihan bencana perusahaan juga memainkan peran penting dalam menentukan RPO dan RTO. Strategi yang lebih maju dan terstruktur biasanya memiliki RPO dan RTO yang lebih rendah.
  • Ketersediaan sumber daya: Ketersediaan sumber daya seperti personel IT, perangkat keras, dan perangkat lunak yang diperlukan untuk pemulihan bencana mempengaruhi kemampuan perusahaan untuk mencapai RPO dan RTO yang diinginkan. Keterbatasan sumber daya dapat memperpanjang waktu pemulihan.

Memahami faktor-faktor ini penting dalam merencanakan dan mengelola RPO dan RTO yang sesuai dengan kebutuhan bisnis dan toleransi risiko perusahaan terhadap kehilangan data dan waktu pemulihan.

Baca Juga: DReplicate: Replikasi Basis Data Sebelum Terjadi Gangguan Pada Data

Solusi Disaster Recovery dari Penyedia Layanan yang Terpercaya

Setelah membaca artikel di atas, kamu pasti sudah bisa menyadari betapa pentingnya disaster recovery plan yang benar. Untuk meminimalisir downtime, kerugian, dan gangguan terhadap operasional perusahaan.

Dengan solusi disaster recovery as a service dari DCloud, DReplicate! Kamu bisa memastikan replikasi mesin virtual dengan mudah, baik dari on-premise maupun cloud, menuju mesin virtual cloud yang dapat diandalkan.

DReplicate menggunakan metode basis data master-slave. Di mana basis data master akan mengelola permintaan tulis dan pembaruan data, sementara basis data slave akan selalu siap dengan salinan data yang diperbarui.

Dengan pendekatan ini, DReplicate tidak hanya memastikan konsistensi data yang tak tergoyahkan, tetapi juga meningkatkan performa sistem secara keseluruhan. Ditambah dengan dukungan failover yang terintegrasi untuk menjaga operasi bisnis tetap berjalan lancar.

DCloud siap membantu menjaga kontinuitas operasional bisnis Anda dengan solusi yang handal dan terpercaya!

About The Author

Write A Comment