Disaster recovery plan atau rencana pemulihan pasca bencana adalah aspek penting yang belum tentu dimiliki semua perusahaan. Padahal, memiliki rencana yang jelas ketika terjadi bencana sangat penting untuk meminimalisir kerugian. 

Di era ketika orang-orang berekspektasi bahwa segala jenis bisnis bisa diakses kapan saja, downtime adalah harga yang harus dibayar mahal. 

Bagi perusahaan besar, satu menit downtime dapat mengakibatkan kerugian sebanyak $9,000 atau lebih dari seratus juta rupiah. 

Selain kerugian finansial, insiden tidak terduga yang menyebabkan downtime bisa mencoreng reputasi bisnis dan mematahkan kepercayaan pelanggan. 

Dalam artikel ini, kita akan membahas apa itu disaster recovery plan, apa yang termasuk di dalamnya, dan best-practice dalam merancang rencana yang efektif. 

Yuk, baca selengkapnya!

Baca Juga: Apa itu Cloud Computing? Pengertian, Jenis Layanan, dan 5 Kelebihan Menggunakannya

Apa Itu Disaster Recovery Plan?

apa itu disaster recovery plan

Disaster recovery plan adalah dokumen formal yang menjabarkan serangkaian prosedur untuk merespons kejadian tidak terduga atau “bencana”.

Dalam perencanaan pemulihan bencana, yang disebut sebagai “bencana” mencakup kejadian-kejadian yang mengganggu alur kerja sistem TI dan menghalangi akses ke data, aplikasi, atau sistem. 

Jadi, bencana ini dapat berupa mati listrik, penyimpanan data yang corrupt, serangan siber, maupun bencana alam yang memotong koneksi server. 

Kehilangan atau kerusakan data yang disebabkan oleh kegagalan hardware, kesalahan manusia, peretasan, atau malware dapat memiliki dampak yang sangat signifikan.

Selain dirancang untuk membantu organisasi menangani insiden tak terduga, disaster recovery plan juga berguna meminimalisir dampak bencana dan mempercepat pemulihan operasi bisnis.

Sebuah disaster recovery plan membantu organisasi memiliki panduan yang jelas tentang langkah-langkah yang harus diambil untuk memulihkan operasi bisnis setelah terjadinya bencana. 

Dengan memiliki rencana pemulihan yang solid, organisasi dapat mengurangi waktu pemulihan, meminimalkan kerugian finansial, dan memperkuat ketahanan mereka terhadap bencana di masa depan.

Baca Juga: Kenali Perbedaan Antara Backup dan Disaster Recovery

Mengapa Disaster Recovery Plan Penting?

Di dunia yang serba online, ekspektasi masyarakat terhadap operasi bisnis juga berubah. Jika terjadi gangguan, bisnis diharapkan dapat memulihkan sistem-sistem kritis dalam hitungan menit, atau bahkan detik.

Berikut pentingnya memiliki rencana pemulihan bencana:

1. Meminimalisir downtime

Disaster Recovery Plan yang efektif menjelaskan langkah mendetail prosedur pemulihan sistem dan layanan yang penting sesegera mungkin.

2. Mengurangi resiko kehilangan data 

Dengan implementasi proses backup dan pemulihan, DRP membantu mengurangi resiko hilangnya data sensitif ketika terjadi bencana.

3. Menjamin keberlangsungan bisnis

Perusahaan yang memiliki DRP dapat meminimalisir dampak bencana pada bisnis dan tetap beroperasi bahkan ketika terjadi bencana.

4. Menjaga reputasi

Perusahaan yang cepat pulih dari bencana adalah perusahaan yang dapat diandalkan dan dipercaya oleh klien, mitra, dan pemangku kepentingan.

5. Memenuhi syarat kepatuhan

Beberapa industri memiliki regulasi khusus untuk proteksi data dan pemulihan bencana. Memiliki DRP membantu organisasi memenuhi regulasi tersebut dan menghindari penalti.

Apa Saja yang Termasuk dalam Disaster Recovery Plan?

Meskipun detail yang termasuk dalam suatu rencana pemulihan bencana bisa berbeda-beda tergantung kebutuhan organisasi, ada beberapa prosedur yang harus dicantumkan dalam DRP. 

  • Backup dan pemulihan data. Cantumkan metode pencadangan, frekuensi pencadangan, lokasi penyimpanan, dan prosedur pemulihan data.
  • Redundansi sistem dan infrastruktur TI dan bagaimana organisasi bisa memastikan ketersediaan data dan meminimalisir waktu downtime ketika terjadi bencana. 
  • Tempat kerja alternatif jika tempat kerja utama tidak dapat diakses karena bencana. Mencakup prosedur dan infrastruktur yang dibutuhkan untuk dapat memindahkan operasi bisnis ke tempat tersebut.
  • Komunikasi dan pemberitahuan. Mencakup protokol komunikasi dan prosedur untuk memberitahukan karyawan, pelanggan, vendor, dan pemangku kepentingan mengenai perkembangan proses pemulihan.
  • Objektif pemulihan. Mencakup waktu maksimal terjadinya downtime (RTO) dan jumlah maksimal data yang hilang (RPO).

Baca Juga: Ketahui Apa Itu RPO dan Pentingnya dalam Disaster Recovery?

Hal yang Perlu Dipertimbangkan Ketika Merancang Disaster Recovery Plan

Disaster Recovery Plan yang efektif adalah yang disesuaikan dengan kebutuhan dan sumber daya perusahaan.

Oleh karena itu, sebelum menyusun rencana pemulihan pasca bencana, pastikan kamu mempertimbangkan hal-hal berikut:

  1. Budget: Pertimbangkan budget yang kamu miliki untuk implementasi strategi pemulihan, termasuk budget untuk teknologi, infrastruktur, training, dan maintenance.
  2. Sumber daya: Evaluasi sumber daya manusia dan fasilitas yang dibutuhkan untuk menjalankan strategi pemulihan dengan efektif. 
  3. Teknologi: Tetapkan solusi teknologi yang dibutuhkan untuk mendukung rencana pemulihan, misalnya sistem pencadangan dan layanan berbasis cloud. 
  4. Data dan penyimpanannya: Evaluasi tingkat pentingnya data, dan strategi backup untuk memastikan ketersediaan data ketika dan sesudah terjadi bencana.
  5. Supplier: Mitigasi gangguan supply chain dengan mengevaluasi ketergantungan pada supplier dan vendor eksternal untuk barang dan jasa.

4 Tips Merancang Disaster Recovery Plan untuk Infrastruktur TI

Tujuan utama dibuatnya disaster recovery plan atau rencana pemulihan pasca bencana adalah untuk meminimalisir dampak negatif pada operasi bisnis akibat suatu insiden. Lingkup dari disaster recovery plan pun beragam dari sederhana sampai sangat detail dan komprehensif.

Lalu, apa yang harus kita lakukan untuk merancang disaster recovery plan yang efektif? 

Berikut best practice-nya:

  • Analisis Resiko dan Dampak Bisnis

Penting untuk mengidentifikasi aset TI yang perlu dilindungi ketika terjadi bencana, termasuk perangkat jaringan, hardware, software, layanan cloud, dan tentunya data-data penting perusahaan. 

Selain aset TI, identifikasi pula fungsi bisnis serta proses, sistem, dan data yang penting untuk keberlangsungan organisasi. Tetapkan recovery time objective (RTO) dan recovery point objective (RPO) untuk setiap komponen. 

Dengan begitu, kamu akan bisa memperkirakan seberapa cepat seharusnya organisasi kamu dapat pulih dari suatu bencana. 

Hal ini penting karena sebuah DRP yang baik adalah DRP yang menjabarkan bagaimana mengaktifkan dan menjalankan layanan penting sesegera mungkin.

  • Tetapkan Prosedur Pemulihan Pasca Bencana

Berdasarkan dampak bisnis dan risiko yang telah diidentifikasi, langkah selanjutnya adalah menetapkan langkah-langkah dan prosedur yang mendetail untuk pemulihan bencana. 

Contohnya, menetapkan individu atau tim yang bertanggung jawab atas proses pemulihan, sumber daya yang dibutuhkan, dan urutan atau alur pengerjaan pemulihan. 

Tugas-tugas pemulihan dapat mencakup backup dan pemulihan data, sistem dan infrastruktur cadangan, tempat kerja alternatif, protokol komunikasi dan pemberitahuan. 

DRP yang efektif juga mencakup detail alur komunikasi seperti siapa yang akan berkomunikasi dengan siapa dalam situasi tertentu. 

  • Gunakan Penyimpanan Data Berbasis Cloud

Data yang hilang mengakibatkan kerugian bisnis dan kerusakan reputasi. Untuk meminimalisir dampak tersebut, penting untuk memiliki salinan data yang selalu di-update

Menyimpan salinan data organisasi kamu di cloud dapat menjadi solusi. Penyimpanan berbasis cloud mudah diakses dengan koneksi internet, sehingga data organisasi dapat diakses dari mana saja dan kapan saja.

Tidak seperti backup manual yang mengharuskan pengguna menyalin data ke disk atau drive, pencadangan cloud dapat dilakukan kapan saja–sehingga proses backup lebih mudah. 

Baca Juga: Mengapa Kita Perlu Menggunakan Cloud Backup Service?

  • Lakukan Testing dan Training

Setelah proses perancangan, sebaiknya kamu juga menguji DRP kamu secara berkala untuk memastikan rencana pemulihan bencana kamu berjalan sesuai skema yang telah dituliskan. 

Beberapa hal untuk dipertimbangkan yakni:

  • Single point of failure: Apakah ada sistem yang tidak memiliki redundansi dalam DRP? Jika satu titik kegagalan ini mengalami masalah, apakah rencana pemulihan masih dapat dilanjutkan?
  • RTO: Berapa lama waktu yang diperlukan sampai semuanya kembali beroperasi dengan normal?
  • RPO: Berapa banyak data yang hilang saat beralih ke backup cloud? Apakah data yang hilang penting bagi operasi bisnis? Melakukan verifikasi titik pemulihan penting untuk menghindari kehilangan data saat terjadi bencana.
  • Jenis “bencana” yang disimulasikan: Apakah pengujian yang dijalankan mengasumsikan bahwa data di jaringan rusak atau tidak dapat diakses karena kerusakan pada pusat data? Pertimbangkan bagaimana berbagai jenis bencana dapat mempengaruhi pilihan dan kebutuhan pemulihan kamu.

Baca Juga: Ketahui Apa Itu Load Balancing: Pengertian, Cara Kerja, Algoritma, dan 4 Kelebihannya

Mempertimbangkan hal-hal tersebut akan mempermudah kamu dalam membuat rencana pemulihan bencana yang lebih kuat dan efektif.

Dengan pertimbangan yang matang dan pengetahuan akan disaster recovery plan, kamu dapat lebih mudah menyusun rencana pemulihan secara lengkap dan efisien.

Bisnis kamu pun dapat mudah dan cepat pulih dari bencana, sehingga meminimalisir dampak negatifnya terhadap operasi bisnis dan reputasi perusahaan.

Jika kamu mencari layanan replikasi basis data yang andal, DReplicate solusinya! 

DReplicate

Pastikan sistem komputasi perusahaan kamu cepat pulih dengan mereplikasi data dan aplikasi penting ke lingkungan cadangan yang siap digunakan segera setelah terjadi bencana. 

Dengan menggabungkan rencana pemulihan yang komprehensif dan solusi replikasi data yang andal seperti DReplicate, perusahaan kamu akan siap menghadapi bencana dengan lebih percaya diri dan memastikan kelancaran operasi bisnis yang berkelanjutan.

Baca Juga: Jelajahi DCloud Lebih Dalam: Pelajari Produk, Solusi, dan Layanan Komputasi Awan Terkelola

 

About The Author

Write A Comment