Sebagai bagian dari perkembangan teknologi, internet yang kita gunakan saat ini juga terus mengalami evolusi. Salah satu perkembangan yang diprediksi akan mengubah bagaimana kita menjelajahi internet adalah perkembangan web.

Versi web yang kita gunakan saat ini merupakan versi Web 2.0. Namun tahukah kamu bahwa teknologi web telah memasuki generasi ketiga, atau disebut juga teknologi web 3.0?

Dalam artikel ini, kita akan membahas apa itu web 3.0, apa bedanya dengan teknologi website sebelumnya, keunggulan dan contoh implementasinya.

Yuk, baca selengkapnya!

Apa Itu Web 3.0?

web 3.0 adalah web generasi terbaru

Web 3.0 adalah istilah untuk menyebut internet generasi ketiga yang mendukung teknologi terdesentralisasi dan menekankan pada keamanan, privasi, dan kontrol pengguna yang lebih besar terhadap data mereka. 

Mengingat teknologi web 3.0 masih dalam tahap perkembangan, belum ada definisi yang saklek mengenai apa itu web 3.0. 

Meskipun begitu, web 3.0 dapat dikatakan mencakup pendekatan dan tren teknologi yang mampu membuat internet menjadi lebih aman, inklusif, terbuka, dan cerdas.  

Beberapa teknologi yang diasosiasikan dengan Web 3.0 meliputi:

  • Blockchain, yang merupakan dasar dari keamanan dan terdesentralisasi
  • Cryptocurrency, yang memungkinkan transaksi yang aman dan tanpa perantara
  • Aplikasi terdesentralisasi (dApps), yang memberikan pengguna lebih banyak kendali atas pengalaman online mereka.
  • Artificial Intelligence (AI), yang memungkinkan adaptasi dan personalisasi yang lebih baik dari layanan internet.
  • Internet of Things (IoT), yang membawa konektivitas internet ke berbagai perangkat di kehidupan sehari-hari.

Baca Juga: Apa Itu Internet of Things? Pengertian, Cara Kerja, dan Manfaatnya

Sejarah Perkembangan Web

Sebelum membahas lebih lanjut mengenai web 3.0, mari kita pelajari sekilas mengenai versi-versi web yang mendahuluinya. 

Web 1.0

Versi pertama dari web sering disebut juga sebagai web statis. Web dikenal dan digunakan secara luas sebagai platform untuk menyajikan informasi secara satu arah dari penyedia konten ke pengguna. Karena bersifat statis, situs web hanya bisa dibaca, tanpa ada interaktivitas dari pengguna.

Web versi ini pertama ini dicetuskan oleh Berners Lee, yang menginginkan agar pengguna bisa menemukan referensi dengan cepat melalui satu klik tautan.

Pada tahun 1990, Ia dan timnya menciptakan tiga teknologi yang menjadi pondasi web 1.0, di antaranya: 

  • HTML (HyperText Markup Language): bahasa yang digunakan untuk mengembangkan tampilan web.
  • URI (Uniform Resource Identifier)/URL (Uniform Resource Locator): alamat untuk mengidentifikasi sumber web.
  • HTTP (HyperText Transfer Protocol): meneruskan permintaan ke server dan mengambil informasi yang diminta ke browser.

Web 2.0

Sebagai kemajuan dari web 1.0 yang datar dan statis, teknologi web 2.0 lebih interaktif, menarik, mendorong konektivitas sosial, dan user-generated content. Artinya, pengguna web tidak hanya bisa membaca informasi, tetapi juga dapat merespons dan membuat konten yang dapat diakses semua orang. 

Beberapa teknologi yang mendorong perubahan ini yaitu:

  • JavaScript, yang membuat situs web lebih menarik dan interaktif dengan menjalankan kode di perangkat pengguna.
  • AJAX (Asynchronous JavaScript and XML), yang memungkinkan komunikasi antara peramban web dan server secara asinkron tanpa memuat ulang seluruh halaman
  • Media sosial seperti Facebook, Twitter, dan YouTube, yang memfasilitasi kolaborasi, berbagi konten, dan interaksi antar pengguna secara global.

Perkembangan web 2.0 yang signifikan juga didukung penemuan seperti akses internet seluler dan perangkat seluler canggih seperti IPhone dan Android.

Web 2.0 telah mengubah bagaimana masyarakat mengakses internet, dan saling berkomunikasi dengan satu sama lain. 

Layanan dan bisnis online pun bermunculan, mengubah memungkinkan masyarakat menyewakan rumah, mengantarkan makanan dan belanjaan, atau menjual barang dan jasa secara online.

Web 3.0

Web 3.0 dibuat dengan tujuan untuk mengatasi beberapa tantangan dan keterbatasan dari versi web sebelumnya, yaitu web 2.0. 

Dalam web 2.0, data pengguna disimpan dan dimonetisasi oleh pemilik platform yang tersentralisasi tanpa izin pengguna, sehingga pengguna rentan mengalami pelanggaran privasi dan kebocoran data. 

Selain itu, kurangnya transparansi mengenai kepemilikan data, moderasi konten, dan operasi dalam platform-platform besar juga menimbulkan pertanyaan mengenai informasi yang bias, manipulasi konten, dan misinformasi.

Oleh karena itu, web 3.0 dirancang untuk memiliki karakteristik sebagai berikut:

  • Desentralisasi. Web 3.0 adalah web yang terdesentralisasi karena mengadopsi teknologi blockchain dan konsep-konsep terkait yang memungkinkan transaksi dan interaksi langsung antara pengguna tanpa perlu melalui perantara atau otoritas sentral.  Dalam web yang terdesentralisasi, pengguna memiliki kontrol atas data mereka sendiri dan dapat memonetisasinya.
  • Transparansi. Pengguna jadi memiliki wawasan lebih jelas tentang bagaimana data mereka digunakan dan siapa yang memiliki akses ke data tersebut.
  • Trustless dan Permissionless. Web 3.0 memungkinkan partisipasi tanpa izin dari otoritas pusat, mendorong interaksi langsung antar pengguna dan mendorong inklusivitas.
  • Artificial Intelligence (AI) and Machine Learning. Dalam Web 3.0, komputer akan dapat memahami informasi sebagaimana manusia, melalui teknologi berdasarkan konsep Web Semantik dan natural language processing

Selain itu, Web 3.0 juga akan menggunakan machine learning untuk meniru cara manusia belajar, sehingga hasilnya lebih akurat.

Baca Juga: Apa Itu Machine Learning? 3 Contoh Machine Learning dalam Kehidupan Sehari-hari!

Web 3.0 bertujuan untuk menghubungkan semua situs web dan menyimpan datanya dalam basis data terbuka yang disebut Solid.

Salah satu fitur keren dari Web 3.0 adalah mesin pencari yang lebih pintar, yang bisa memahami bahasa manusia yang lebih rumit, bukan hanya kata kunci terpisah.

Keunggulan dan Kelemahan Web 3.0

Versi web yang lebih maju tentu memiliki kelebihan dan kelemahannya sendiri, yaitu sebagai berikut:

Keunggulan Web 3.0

  • Transparansi: Proses transaksi, pengambilan data, dan pembuatan keputusan lebih transparan dalam web 3.0
  • Personalisasi: Berkat AI dan Machine Learning, interaksi online lebih terkustomisasi dan personal.
  • Lebih “cerdas”: Web 3.0 diciptakan agar lebih mudah mengerti bahasa manusia dan lebih responsif terhadapnya.
  • Privasi: Pengguna memiliki kontrol penuh atas data pribadi mereka dan dapat memastikan bahwa informasi sensitif mereka aman dan dilindungi dari akses yang tidak sah dalam lingkungan Web 3.0.
  • Decentralized Finance (DeFi): Web 3.0 memungkinkan transaksi barang dan jasa yang lebih cepat dan mudah karena tidak perlu persetujuan dari suatu otoritas pusat.

Kelemahan Web 3.0

  • Kompleksitas: Konsep teknologi seperti blockchain, decentralized network, dan smart contract lebih rumit untuk dipahami dibanding konsep-konsep teknologi dalam web 2.0.
  • Keamanan: Pertukaran mata uang kripto dan blockchain tidak terlepas dari risiko terkena serangan siber. 
  • Masalah regulasi: Karena web 3.0 menganut sistem desentralisasi, tidak ada otoritas pusat. Oleh karena itu, sulit untuk membuat dan menjalankan regulasi yang efektif di web 3.0.
  • Sumber daya teknologi: Blockchain dan aplikasi web 3.0 seringkali membutuhkan sumber daya intensif. Artinya, mereka tidak bisa berfungsi optimal pada infrastruktur TI yang lebih tua.

Contoh Implementasi Web 3.0

Meskipun masih dalam tahap perkembangan, dan belum ada yang mengetahui bagaimana tepatnya wujud web 3.0 nantinya, beberapa aplikasi telah mengikuti prinsip dan visi yang diusung web 3.0, di antaranya:

Brave Browser

aplikasi web 3.0 brave browser

Brave Browser adalah salah satu aplikasi web 3.0 yang paling populer. Browser ini memiliki fitur-fitur privasi, keamanan, dan desentralisasi, sehingga diasosiasikan dengan prinsip-prinsip web 3.0. 

Brace dijalankan di Chromium dan memprioritaskan hal-hal seperti privasi, integrasi aplikasi terdesentralisasi (DApps), dan keuangan terdesentralisasi (DeFi). 

Browser ini juga memungkinkan pengguna untuk menghasilkan uang melalui imbalan dalam bentuk token Brave. Token ini dapat diperoleh dengan berbagai aktivitas online, termasuk melihat iklan yang dipersonalisasi atau berpartisipasi dalam program imbalan Brave.

Brave juga mampu memblokir pelacak situs web dan iklan online tanpa perlu menambahkan plugin tambahan. 

Decentraland

aplikasi web 3.0 Decentraland

Decentraland merupakan contoh aplikasi web 3.0 karena mengadopsi teknologi blockchain dan bersifat terdesentralisasi.

Decentraland adalah platform virtual reality yang berjalan di blockchain Ethereum (ETH) dan memungkinkan penggunanya membangun, menjelajah, serta berinteraksi seperti di dunia nyata. 

Sebagai DAO (decentralized autonomous organization), tidak ada badan regulasi di Decentraland. Kepemilikan tanah virtual serta aset lain dijamin melalui smart contract berbasis blockchain. Pengguna memiliki kendali penuh atas aset digital mereka, dan transaksi dieksekusi tanpa kebutuhan untuk perantara berdasarkan sistem kepercayaan.

Nah, begitulah informasi seputar web 3.0 yang menarik untuk diketahui! 

Meskipun memiliki tantangannya sendiri, ternyata prinsip-prinsip web 3.0 sudah mulai diadopsi oleh beberapa aplikasi. Perkembangan teknologi yang mendukung, seperti Artificial Intelligence dan Machine Learning juga pasti akan membuat perkembangan web 3.0 semakin pesat. 

Dengan mengetahui apa itu web 3.0, sejarahnya, serta contoh-contoh aplikasinya, kamu bisa memahami evolusi internet dan bagaimana teknologi baru ini mempengaruhi cara kita berinteraksi online. 

Selain itu, semoga kamu juga lebih bijaksana dalam memanfaatkan potensi web 3.0, ya!

Baca Juga: Apa Itu Quantum Computing? Definisi, Cara Kerja, dan Manfaat

About The Author

Write A Comment